Aku pernah mendengarkan kuliah dari Dr. Jordan Peterson dimana beliau mengatakan bahwa setiap orang dalam masa hidupnya kenal 1000 orang, dan kita hanya terpaut 1 orang dari 1 juta manusia dan 2 orang dari 1 miliar manusia.

Di bangku sekolah aku belajar banyak mengenai beragamnya latar belakang dan sifat orang. Selain itu aku menyadari bahwa lingkup wilayah yang ku alami tidak terbatas tempat aku tinggal. Sedikit demi sedikit persepsi mengenai kehidupan tidak semata-mata hanya berpusat ke hal-hal yang aku lakukan setiap hari.

Tidak ada lagi namanya batas ruang dan waktu.

Sudah lebih dari setengah populasi negeri ini tersambung ke internet. Tidak ada lagi pihak ketiga sebagai perantara pesan; baik itu info, uang, dan data semuanya dapat dikirim ke mana saja oleh siapa saja dalam waktu sekejap. Teknologi yang relatif masih muda ini melahirkan cara-cara baru bagi orang untuk berkomunikasi.

Kita semua turut berpartisipasi sebagai suatu bagian kecil peradaban yang telah kita buat bersama. Konsumsi konten, jasa, dan ilmu baik itu di dunia nyata maupun maya, secara tidak langsung saling memperkuat ikatan antar tali yang menjadi fondasi peradaban.

Pada akhirnya semua orang akan menemukan sendiri realisasi mengenai kehidupan yang dapat dilihat dari banyak sudut. Entah dari beragamnya sifat orang, hal yang dipelajari di sekolah berbeda dengan yang dibutuhkan di dunia kerja, dan hal lain.

Kita semua saling terhubung, satu simpul dalam jaringan. Dalam Information Age dimana semua saling terkoneksi kita dapat melakukan apapun yang kita mau. Bukankah itu hal yang menarik? Kita tinggal di Indonesia; negara demokrasi dengan sistem pasar bebas. Kondisi negara kita belum sempurna, tapi itu suatu hal yang dapat kita syukuri dan semenjak era reformasi kenyataan bahwa negara ini masih utuh adalah hal yang menakjubkan.

Muhammad Hatta disambut kembali di Jakarta oleh Johannes Latuharhary (kedua dari kanan). Di latar belakang tampak pesawat militer berbendera Amerika yang membawa Hatta kembali ke Jakarta, 16 Januari 1948. © BeeldbankWO2/NIOD

Ketika para pendiri negara ini pulang dari misi diplomatik, kira-kira apa yang mereka pikirkan?

Tentunya mereka berharap negara yang mereka perjuangkan ini dapat menjadi negara yang makmur dan sejahtera. Mereka pasti berharap bahwa suatu saat nanti kita bisa memimpin diri kita sendiri tanpa rasa rendah diri terhadap bangsa lain. Mimpi mereka adalah tanggung jawab kita. Sedikit demi sedikit kita sudah mencapai mimpi tersebut. Namun manusia bukanlah makhluk yang mudah untuk merasa puas. Kita bisa mencapai titik yang lebih baik. Dan hal tersebut dimulai dari generasi muda. Dengan mengubah sudut pandang kita melalui beragam cara baik itu melakukan hal baru, bertemu dengan banyak orang, membaca, dan mengamati.

Suatu saat nanti kamu akan berada di posisi itu: berusaha memecahkan masalah yang sedang dihadapi, di tempat asing yang tidak kamu kenal. Baik kamu gagal maupun berhasil akan ada dampaknya bagi orang di sekitar mu. Ketika hal tersebut terjadi, ingatlah bahwa banyak orang yang mendahului kita pernah melakukan dan merasakan hal yang sama dan mereka berhasil melalui rintangan tersebut.